Julius Purnawan, SH, MSi


Salah satu bakal calon Ketua Umum Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) yang patut diperhitungkan kekuatannya adalah Julius Purnawan, SH, MSi. Sebelumnya alumni pendidikan kenotariatan dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini sudah beberapa kali masuk dalam nominasi calon Ketua Umum Ikatan Notaris Indonesia (INI) maupun IPPAT setidaknya selama kurun waktu 6 tahun belakangan.
Sikapnya yang bolak-balik mundur ini pun menuai hasilnya : ada yang maklum, ada pula yang mengecam keras karena dinilai tidak etis karena melalaikan anggota organisasi. Di antara yang mengecam keras adalah Mugaera Djohar, SH, MKn dari Tangerang.
Namun sudah tentu Julius punya alasan mengapa beberapa kali ia selalu mundur saat pencalonan.
Salah satu alasannya mengapa Ia mundur adalah karena memberikan kesempatan pada rekannya yang lain, yang lebih senior, demi tertatanya organisasi. Yang maksudnya, syarat menjadi ketua (Ketua Umum) mesti berurutan, haruslah sudah berpengalaman memegang teritorial dari ketua pengda, ketua pengwil sehingga semuanya sudah terukur.
Inilah saatnya, katanya, untuk maju setelah melalui jalur yang tertata tadi.
Belakangan Julius sering terlihat dalam kegiatan Ketua Umum INI Adrian Djuaini, SH dan Abdul Syukur, SH tampaknya tergambar jalur calon “konstituen”nya dalam menapak ke Kongres IPPAT 2018. Sampai kini pendukung mantan calon Ketua Umum INI Abdul Syukur masih eksis, walau jumlahnya tidak bisa diukur karena sebagian beralih lebih dulu ke bakal calon lainnya.
Notaris/ PPAT senior dari Jakarta Selatan ini kini bertekad untuk maju ke persaingan di Kongres IPPAT berbekal pengalamannya berorganisasi dan dengan sekian banyak relasi di kalangan senior. Di antara calon Ketua Umum IPPAT sekarang katanya, ia tergolong senior. Misalnya, dulu Syafran Sofyan, Ketua Umum IPPAT sekarang, pernah menjadi bagian tim suksesnya pada sekitar tahun 2009/ 2010 menjelang Kongres IPPAT. Sementara itu, ketika Julius menjabat Ketua Pengwil DKI Jakarta, Firdhonal pun baru jadi anggota.
Dalam pencalonan Ketua Umum INI tahun 2016 Ia mendukung Abdul Syukur dari Banten, walau kemarin Ia dicalonkan dan akhirnya menyatakan mundur sehari sebelum pemilihan di Kongres INI Palembang 2016. Akankah Ia mundur lagi nanti Kongres IPPAT yang akan datang?

Apa pendapat Julius Purnawan, SH, MSi tentang pencalonannya kini? Notaris senior ini menyampaikan pendapatnya kepada K. Lukie Nugroho, SH dari medianotaris.com.

Medianotaris.com : Mengapa Anda bolak-balik mundur dari pencalonan pada saat Kongres INI maupun IPPAT?

Julius Purnawan : Saya termasuk orang yang menghormati kaidah organisasi, semuanya dilakukan secara berurutan. Untuk menduduki pimpinan sebaiknya lewat bawah dulu. Pernah pegang teritorial (wilayah), Ketua Pengda, Ketua Pengwil. Tidak loncat-loncat. Berdasarkan pengamatan saya, dunia notaris PPAT tidak suka yang loncat-loncat, tanpa urutan dari bawah.
Jika ada yang loncat (menduduki posisi Ketua Umum tanpa melalui pengda atau pengwil dulu) ya itu soal garis tangan.
Waktu Kongres INI di Palembang saya kalah senior sama Mas Syukur sehingga saya harus menghormati senior saya tersebut dengan cara mundur. Alasan saya adalah organisasi harus tertata dan terukur mulai dari bawah.

Medianotaris.com : Mengapa harus menjadi Ketua pengda dan pengwil dulu?

Julius Purnawan : ini perlu agar untuk mencapai posisi puncak, seorang pimpinan bisa mencapai kematangan jiwa. Jadi nggak bisa sembarangan karena dengan kematangan jiwa itu seorang pemimpin bisa membaca dengan baik kebutuhan dan persoalan anggota. Jadi untuk mencapai posisi pimpinan harus melalui jenjang-jenjang dari bawah. Itu menurut saya. Walau tidak selalu harus begitu.
Hal ini pernah terjadi pada masa saya mencalonkan diri jadi Ketua IPPAT yang mana saat itu saya melompat dan melawan seorang senior yaitu Bu Rachma Chandrawati. Semula saat itu tidak ada satu pun orang yang berani melawan Bu Rachma karena terlalu berat dan kuat. Akhirnya saya tidak jadi, dan masuklah seorang calon yang lebih senior dari saya.

Medianotaris.com : Dalam pencalonan kali ini Anda berpeluang melalui jalur para senior seperti Abdul Syukur dan lain-lain. Apakah begitu?

Julius Purnawan : untuk kalangan senior, sih iya. Di antara bakal calon Ketua Umum, saya adalah paling senior. Syafran dulu pernah jadi tim sukses saya tahun 2009/2010 untuk pencalonan Ketum IPPAT. Sedangkan Firdhonal, waktu saya Ketua Pengwil, dia baru jadi anggota.
Orang yang memimpin organisasi harus energik, bergerak cepat, kuat. Namun dengan pemimpin organisasi yang model instan ternyata tidak tepat di PPAT. Makanya ia harus melalui proses pematangan-pematangan jiwa dan pengalaman. (dari CV nya tertulis, Julius adalah lulusan manajemen bisnis dari Universitas Indonesia dengan konsentrasi pendidikan manajemen strategi. Dulu pernah bekerja di Indosat sebagai in house lawyer).
Saya memandang, selama ini organisasi profesi PPAT kurang tertata dengan baik. Misalnya, seseorang baru 2 atau 3 tahun sudah bisa jadi ketua pengurus daerah. Ini tidak tepat.
Selain itu kriteria orang-orang yang menjadi anggota Majelis Pengawas Daerah juga semestinya tersaring dengan kriteria yang ketat. Tugas dan jabatannya harus dipertajam. Tidak seperti sekarang ini.
Di sinilah peran organisasi sangat diperlukan.



Komentar Untuk Berita Ini (0)

Kirim Komentar

Nama
Lokasi
Email
URL
Komentar
  captcha contact us
Silakan masukkan kode diatas