kucing akan kawin atau berkelahi?

editorial

Notaris di antara perseteruan dua "ayah
"

Minggu ini dua kubu notaris berseteru kembali melalui iklan di media ibukota dalam rangka mencitrakan keseriusan masing-masing dalam menjalankan programnya. Kubu yang satu menghabiskan sekitar 22 juta untuk belanja iklan, sementara kubu lainnya merogoh kocek sekitar 16 juta menurut tarif kotor, sebelum diskon dan PPN. Menarik sekali. Diperkirakan, ini akan terus berlanjut dengan berbagai cara.
Mereka akan bersaing ketat memperlihatkan “tajinya” dengan iklan terbaik. Kalau yang ada minggu ini tidak imbang karena yang satu berada di halaman yang terfokus dengan harga lebih mahal, sementara kubu satunya memasang iklan rada tanggung karena iklannya tenggelam di antara iklan-iklan lainnya. Sehingga akan kelihatan mana yang lebih kelihatan oleh pembaca atau terlewatkan.
Yang perlu dikritisi oleh pembaca sudah tentu adalah informasi di dalam iklan-iklan tersebut, mana info yang berharga dan mana info yang kurang berarti. Sebab pembaca sudah barang tentu akan kritis dalam situasi seperti sekarang.
Ikatan notaris versi Pimpinan Kolektif atau PKK memasang iklan ucapan terimakasih kepada pejabat Kementerian Hukum dan HAM yang hadir atau meresmikan penyelenggaraan Ujian Kode Etik Notaris tanggal 31 Agustus dan 1 September 2012 masing-masing di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta dan Jawa Timur, serta Medan.
Di dalam iklan itu ditegaskan oleh panitia untuk berterimakasih kepada Direktur Perdata, Ditjen Admistrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan HAM yang hadir pada pelaksanaan ujian di Yogyakarta. Kedatangan pejabat teras ini merupakan poin penting menggugah kepercayaan pendukung, sekaligus membangun kepecercayaan diri tim PKK. Namun, sementara itu untuk daerah lainnya – di dalam iklan itu - misalnya, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Medan dan DKI Jakarta tidak dijelaskan siapa pejabat yang datang dan atau meresmikan.
Sementara itu organisasi notaris versi Sri Rachma Chandrawati tak kalah. Walau tertinggal selangkah oleh PKK yang sukses menyelenggarakan ujian kode etik, mereka mengiklankan pengumuman penyelenggaraan ujian kode etik notaris dan kode etik PPAT sekaligus pada 18-20 September 2012. Iklan ini merupakan iklan ulangan yang pernah ditayangkan media ibukota lainnya sebelumnya pada 22 Agustus. Tidak dijelaskan di dalam iklan itu, mengapa pengumuman ini ditayangulang di media lain setelah penayangan pengumuman tanggal 22 Agustus 2012.
Bila kita kilas balik, perseteruan dan persaingan dua kubu ini merupakan rangkaian persaingan keras di kongres, baik itu di Yogyakarta maupun di Jakarta yang menyisakan “kepiluan” akan nasib notaris.
Nasib notaris kini memilukan akibat nafsu kepentingan sesaat di balik semua argumentasi dan dasar hukum. Memilukan karena situasi ini membuat para notaris terombang-ambing dan bingung. Notaris seperti anak terlunta-lunta yang tidak jelas siapa ayahnya, dan tidak jelas mana nasehat yang harus diikuti. Jika “ayah”nya notaris ini bisa dites DNA sudah pasti akan mudah memutuskan siapa ayahnya. Tapi ini soalnya lain.
Sebagai “anak”, para notaris atau calon notaris hanya berpikir dan berharap bisa makan dan hidup. Tidak penting mempersoalkan siapa “ayahnya”, walau Ia tahu mana ayah yang sebenarnya suatu saat nanti. Yang penting Ia bisa mendapat pendidikan, bisa makan dan bisa bermain dengan bebas.
Setelah sekian lama terhanyut dalam eforia perseteruan yang membingungkannya, para notaris mendapatkan pelajaran penting : don't judge a book by its cover

K. Lukie Nugroho



Komentar Untuk Berita Ini (0)

Kirim Komentar

Nama
Lokasi
Email
URL
Komentar
  captcha contact us
Silakan masukkan kode diatas