Dr. H. Rudi Yacub, S.E., M.M.

Dr. H. Rudi Yacub, S.E., M.M.
Direktur Pascasarjana, Universitas Jayabaya, Jakarta


Kunci keberhasilan dalam bekerja yang tepat adalah menyenangi pekerjaan kita. Kalimat sederhana dan terkesan biasa saja inilah membuat Rudi merasa bahwa keberhasilan yang Ia capai ini adalah karena menyenangi pekerjaannya. Apa yang dilakukannya di dalam mengelola Program Pascasarjana Universitas Jayabaya betul-betul gambaran dari kunci keberhasilan ini. Ia menyenangi profesi mengajar sejak menjadi asisten lebih dari 20 tahun lalu di Universitas Jayabaya, Jakarta.
Pria ramah asal Cianjur ini merupakan salah satu dari sekian pribadi penggiat pendidikan yang berusaha memajukan institusinya dengan daya-upaya mandiri. Rudi, dan mungkin juga, para penggiat pendidikan swasta lainnya adalah para manajer sejati yang tidak mengandalkan bantuan pemerintah. Yang tidak jarang bantuan pemerintah itu datang dengan tidak tulus untuk membantu dan membangun institusi pendidikan swasta yang masih dianaktirikan.
Untuk itulah Ia dan para pembantunya senantiasa memutar otak bagaimana caranya agar lembaga pendidikan yang dikelolanya makin maju, dan mendatangkan uang dengan usaha sendiri. Dari sisi kualitas, kalau perlu lembaga pendidikan yang dikelolanya, yaitu Program Pascasarjana Universitas Jayabaya, khususnya Magister Kenotariaatan, bisa melewati perguruan tinggi negeri.
Untuk mendirikan program pendidikan, meningkatkan, dan bahkan mengalahkan, perguruan tinggi negeri - khususnya dalam bidang kenotariaatan- Rudi memikirkan suatu cara dengan basis kebutuhan pasar. Menurutnya pendirian MKn sudah direncanakan matang-matang selama sekitar 1 tahun. Selama dalam setahun perencanaan itu salah satu poin penting yang dipertimbangkan di dalam mendirikan program pendidikan notariat ini adalah soal "pasar". Menurutnya program pendidikan akan percuma kalau kebutuhan pasar tidak ada.
Begitu pula dengan pendidikan notariat ini. Rudi melihat kebutuhan "pasar" tenaga kerja atau profesi notaris amatlah luas seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kegiatan masyarakat, serta potensi peningkatan aktivitas masyarakat sehari-hari. Sehingga dengan mantapnya Ia memutuskan dimulai pendidikan ini sejak 3 tahun lalu.
Seiring dengan itu ternyata minat lulusan sarjana hukum juga sangat tinggi untuk mengambil pendidikan ini. Sehingga ketika pembukaan program pendidikan atau penerimaan mahasiswa baru dibuka, peminatnya tinggi. Untuk itu Jayabaya tidak serta-merta menerima calon mahasiswa sebanyak-banyak.
Untuk masuk ke program pendidikan ini, seorang calon mahasiswa minimal harus memiliki nilai ijasah S1 yang bagus, yaitu minimal indeks prestasinya adalah 2,75. Seleksi dengan indeks prestasi minimal 2,75 ini serius. Jayabaya tidak segan-segan menolak calon mahasiswa notariat yang indeks prestasinya di bawah 2,75.
Tepat sekali bila akhirnya almarhum Moeslim Taher memberikan kepercayaan kepada Rudi untuk ikut mengelola Jayabaya dan akhirnya menduduki jabatan sebagai Direktur Program Pascasarjana. Posisinya sekarang ini sangat ditunjang oleh basis keilmuan yang diperolehnya, yaitu pemasaran. Rudi memilih bidang pendidikan pemasaran ini seolah menemukan posisi yang tepat dalam kariernya, yaitu memasarkan "produk" yang bernama "program pascasarjana".
Program pascasarjana adalah produk yang harus dijualnya ke masyarakat, dan laku dibeli oleh banyak masyarakat.
Sehingga bila sekarang program pascasarjana, khususnya program pendidikan magister kenotariatan ternyata banyak diminati masyarakat maka itu adalah kesuksesannya menjual produk yang bernama "program pascasarjana" tadi.
Di dalam menjual produk, menurut pria beranak 2 ini, kita harus jeli melihat peluang. Menurutnya peluang untuk menjual program notariat ini amat besar karena memang kebutuhan akan notaris di seluruh Indonesia makin tinggi. Sementara itu minat mahasiswa hukum sendiri sangat tinggi pula untuk mempelajari bidang kenotariaatan untuk pekerjaan notaris. Namun di samping untuk pekerjaan bidang notaris, pendidikan MKn ini juga amat berguna bagi lawyer atau staf legal di interen perusahaan.
Perjalanan karirnya dimulai dengan menjalani pendidikan manajemen di Universitas Jayabaya. Begitu lulus S1 Rudi sempat kuliah "loncat sana-loncat sini". Ia melanjutkan pendidikan ke Wichita University, Kansas, Amerika Serikat. Belum selesai menjalani pendidikan di Amerika, sempat pula belajar manajemen di Philipina. Setelah itu Rudi melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor mengambil jurusan sosial ekonomi pertanian, dan di Bogor ini pun Ia tidak menyelesaikan pendidikannya, dan akhirnya Ia menemukan tempat belajar yang tepat, yaitu di Jayabaya untuk mendalami manajemen pendidikan.
Ilmu manajemen pendidikan inilah yang akhirnya mengantarnya pada jenjang karirnya saat ini. Jenjang sebagai Direktur Program Pascasarjana dimaknainya sebagai kristalisasi pemikirannya terhadap dunia pendidikan selama ini. Menurutnya, selama melanjutkan kuliah S2 di berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri itu memberikannya pelajaran berarti bahwa pendidikan ternyata adalah jalan hidupnya. Kemudian menurutnya, pendidikan bisa dijalankan dengan sukses jika mengelolanya dengan penghayatan yang baik terhadap dunia pendidikan.
Rudi mengatakan, banyak orang yang kepandaiannya luar biasa, namun ternyata tidak bisa mendidik dan mengelola pendidikan.Rudi sadar bahwa mengelola pendidikan akan bisa berhasil jika seseorang betul-betul menjiwai pekerjaannya sebagai pendidik, dan sekaligus menyenangi pekerjaannya. Dengan menjiwai sepenuhnya, seorang akan betul-betul mengelola pendidikan dengan total. Khusus untuk Rudi, keberhasilannya mengelola pendidikan pascasarjana -termasuk magister hukum dan magister kenotariatan ini juga sangat dipengaruhi oleh pendidikan manajemen yang Ia tekuni sebelumnya.
Ada pula hal lain yang membuat keberhasilan seseorang mengelola pendidikan, yaitu adanya jiwa wirausaha. Jiwa wirausaha ini diperlukan karena terkandung, antara lain, sikap telaten, sabar, jujur serta kreatif. Namun barangkali perlu ditambahkan sikap ramah, seperti yang ditunjukkan Rudi dalam kesehariannya. Sikap ramah penting karena pendidikan adalah mengelola manusia yang memiliki jiwa. Apalagi dalam program pascasarjana ini yang dikelola adalah pribadi-pribadi yang sudah memiliki pendidikan sarjana, dan sebagian juga adalah pejabat-pejabat.
Kini Rudi sudah sekitar 6 tahun memotori "pergerakan mesin" Program pascasarjana Universitas Jayabaya yang dengan usaha sendiri makin maju dengan sejumlah program pascasarjana. Di Jayabaya kini diselenggarakan program-program magister ilmu hukum, kenotariaatan, manajemen, ilmu komunikasi, ilmu administrasi, dan bahkan program doktor dalam bidang ilmu hukum.
Dari awal pendirian program pascasarjana ini paling banyak jumlah mahasiswanya sekitar 7 sampai 15 orang saja. Kini, khususnya untuk program magister kenotariaatan, tangan dingin Rudi telah berhasil menarik hati para mahasiswanya yang jumlahnya sudah ratusan itu dalam jangka waktu singkat saja. Ketika Ia mulai menangani program pascasarjana 6 tahun lalu Rudi merasa tertantang kreativitas dalam memajukan Jayabaya dengan memikirkan program mana saja yang dibutuhkan pasar atau diminati masyarakat. Menurutnya, tanpa mempertimbangkan kebutuhan pasar akan percuma mendirikan program pendidikan. Nah, salah satu program yang banyak diminati dan dibutuhkan pasar ini adalah program kenotariaatan. Ini juga seiring dengan terbukanya Indonesia terhadap pasar global.
Program kenotariaatan ini merupakan bidang yang sudah selayaknya diadakan di Jayabaya karena Jayabaya sendiri sudah sejak lama dikenal memiliki "kekuatan" dalam bidang pendidikan hukum di kalangan perguruan tinggi swasta.
Untuk mendirikan program kenotariaatan ini Rudi memerlukan waktu sekitar 1 tahun untuk mempertimbangkan dan mengadakan persiapan rencana. Sementara itu untuk prores pengajuan ke pemerintah, dibutuhkan waktu sekita 1 tahun juga.
Program magister kenotariaatan Universitas Jayabaya merupakan hasil kesimpulan Rudi dari analisanya akan kebutuhan tenaga notaris dan PPAT melihat luasnya masalah hukum dan juga masalah pertanahan. Masalah ini juga dilihatnya tidak bakal bisa dipenuhi oleh perguruan tinggi negeri saja sehingga perguruan tinggi swasta juga diharapkan ikut aktif menciptakan tenaga notaris dan PPAT lebih banyak lagi.
Untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikannya, Magister Kenotariaatan Jayabaya saat ini sedang merancang suatu program bagus dengan nama "pelatihan notaris terpadu". Program pelatihan berupa pendidikan singkat ini mempersiapkan calon notaris agar benar-benar siap dalam menjalankan tugasnya, termasuk bila berpraktek sendiri nantinya. Di sini juga akan diajarkan, antara lain, masalah kode etik dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan jabatan notaris. Rencananya setelah lebaran nanti program ini akan dilaksanakan.
Pelatihan ini nantinya dibuka untuk mahasiswa akhir MKn, lulusan MKn, dan bahkan notaris yang sedang magang yang nantinya mendapatkan bekal bagaimana mengelola kantor notaris dan melakukan pekerjaannya sebagai notaris yang berdiri sendiri. Pendidikan singkat ini perlu, kata Rudi, karena problem pekerjaan profesi notaris sangat kompleks mulai dari menganalisa masalah hukum sampai masalah bagaimana memajukan kantornya sendiri dari sisi manajemen. Untuk ini Jayabaya sudah mengadakan kerjasama dengan Pengurus Pusat Ikatan PPAT (PP IPPAT) di bawah pimpinan Sri Rachma Chandrawati, S.H. Dalam hal ini Pengurus Pusat IPPAT akan memberikan komitmen terbaik dengan, antara lain, menyediakan masukan, tenaga pengajar notaris dan PPAT yang berpengalaman, serta akses yang dibutuhkan dalam rangka pendidikan ini. Misalnya magang di kantor notaris/ PPAT.
Selain berencana mengadakan program "pelatihan notaris terpadu", Jayabaya juga sedang menjajagi penyelenggaraan pendidikan bagi "notaris pasar modal". Pendidikan ini juga merupakan program bagus, terutama buat notaris yang aktif di kota-kota besar yang hendak menangani aktivitas di pasar modal.
Selain itu pendidikan ini juga baik buat mahasiswa notariat yang akan menyelesaikan pendidikannya di MKn. Sehingga bila para mahasiswa ini lulus dari MKn, nantinya sudah lengkap mendapatkan pendidikan di bidang tambahan ini.
Program pendidikan tambahan yang ditawarkan Rudi melalui pelatihan singkat mengenai "pelatihan notaris terpadu" dan "pelatihan notaris pasar modal" merupakan komitmennya sebagai pendidik. Komitmennya adalah "jangan melepaskan peserta didik begitu saja tanpa dibekali ilmu pengetahuan yang memadai". Dengan membekali secara memadai, sempurna dan lengkap, para peserta didik atau mahasiswa, mereka akan relatif lebih siap menghadapi dunia kerja sesungguhnya yang penuh persaingan.
Ide cemerlang Jayabaya di bawah pimpinan Rudi ini tepat karena, di samping problem hukum dan masalah pertanahan yang luas, juga adanya kekurangan pengetahuan calon notaris dan bahkan notaris yang sudah praktek dalam mendalami masalah hukum yang ada. Tidak sedikit notaris atau PPAT yang sudah praktek malah belum lengkap memahami Undang-undang Jabatan Notaris, atau masalah hukum dalam praktek.



Komentar Untuk Berita Ini (2)

  • I Made Dermawan 13 Oktober 2012 | 20:16

    Bagus tetapi ada gak ya lulusan Mkn Nuiv. Jayabaya yang telah praktek jadi notaris?

  • evi panjaitan 28 Juli 2012 | 09:28

    Mantaaappp,,,jaya selalu jayabaya,,,kampus kita tercinta,,,,oks

Kirim Komentar

Nama
Lokasi
Email
URL
Komentar
  captcha contact us
Silakan masukkan kode diatas